BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Etika bisnis merupakan etika terapan. Etika
bisnis merupakan aplikasi pemahaman kita tentang apa yang baik dan benar untuk
beragam institusi, teknologi, transaksi, aktivitas dan usaha yang kita sebut
bisnis. Pembahasan tentang etika bisnis harus dimulai dengan menyediakan
kerangka prinsip-prinsip dasar pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan
istilah baik dan benar, hanya dengan cara itu selanjutnya seseorang dapat
membahas implikasi-implikasi terhadap dunia bisnis. Etika dan Bisnis,
mendeskripsikan etika bisnis secara umum dan menjelaskan orientasi umum
terhadap bisnis, dan mendeskripsikan beberapa pendekatan khusus terhadap etika
bisnis, yang secara bersama-sama menyediakan dasar untuk menganalisis
masalah-masalah etis dalam bisnis. Perbincangan tentang “etika bisnis” di
sebagian besar paradigma pemikiran pebisnis terasa kontradiksi interminis
(bertentangan dalam dirinya sendiri), mana mungkin ada bisnis yang bersih,
bukankah setiap orang yang berani memasuki wilayah bisnis berarti ia harus
berani (paling tidak) “bertangan kotor”.
Apalagi ada satu pandangan bahwa
masalah etika bisnis seringkali muncul berkaitan dengan hidup matinya bisnis
tertentu, yang apabila “beretika” maka bisnisnya terancam pailit. Disebagian
masyarakat yang nir normative dan hedonistik materialistk, pandangan ini
tampkanya bukan merupakan rahasia lagi karena dalam banyak hal ada konotasi
yang melekat bahwa dunia bisnis dengan berbagai lingkupnya dipenuhi dengan
praktik-praktik yang tidak sejalan dengan etika itu sendiri. Namun kalau bisnis
punya etika,maka pertanyaan yang segera timbul adalah manakah norma-norma atau
prinsip etika yang berlaku dalam kegiatan bisnis. Apakah prinsip-prinsip itu
berlaku universal, terutama mengingat kenyataan mengenai bisnis global yang
tidak mengenal batas-batas negara dewasa ini? Demikian pula, bagaimana caranya
agar prinsip-prinsip tersebut bisa operasional dalam kegiatan bisnis? Inilah
beberapa pertanyaan yang ingin kami jawab dalam bab ini. Pada akhir bab ini
kami akan singgung secara sekilas apa yang dikenal sebagai stakeholder, yang
dengan itu memperlihatkan relevansi sekaligus juga operasionalisasi etika
bisnis, khususunya prinsip-prinsip etika bisnis, dalam kegiatan bisnis suatu
perusahaan.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Apa
yang di maksud dengan Bisnis ?
2. Bagaimana
hubungan bisnis dengan etika ?
3. Bagaimana
kajian tentang pedesaan yang menganut sistem bisnis berlandaskan etika ?
1.3. Tujuan
Diharapkan
setelah makalah ini, pembaca bisa mengetahui apa yang di maksud dengan bisnis, bagaimana
hubungan antara bisnis yang berlandaskan
etika dan kajian pedesaan yang menganut sistem bisnis berlandaskan etika.
BAB II
PEMBAHASAN TEORI
2.1. Pengertian Bisnis
Bisnis
adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen
atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa Inggris “business”,
dari kata dasar busy yang berarti
“sibuk” dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian,
sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan. Di
dalam melakukan bisnis, kita wajib untuk memperhatikan etika agar di pandang
sebagai bisnis yang baik. Bisnis beretika adalah bisnis yang mengindahkan
serangkaian nilai-nilai luhur yang bersumber dari hati nurani, empati, dan
norma. Bisnis bisa disebut etis apabila dalam mengelola bisnisnya pengusaha
selalu menggunakan nuraninya.
Berikut ini ada
beberapa pengertian bisnis menurut para ahli :
v Allan afuah
(2004)
Bisnis adalah suatu kegiatan usaha
individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dana menjual barang ataupun jasa
agar mendapatkan keuntungan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dan ada di
dalam industry
v T. chwee
(1990)
Bisnis merupaka suatu sistem yang
memproduksi barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan masyarakat.
v Grifin dan
ebert
Bisnis adalah suatu organisasi yang
menyediakan barang atau jasa yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.
2.2.
Hubungan Bisnis dengan Etika
Tujuan dari sebuah bisnis kecil adalah untuk tumbuh dan menghasilkan
uang.Untuk melakukan itu, penting bahwa semua karyawan di papan dan bahwa
kinerja mereka dan perilaku berkontribusi pada kesuksesan perusahaan.Perilaku
karyawan, bagaimanapun, dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal di luar
bisnis.Pemilik usaha kecil perlu menyadari faktor-faktor dan untuk melihat
perubahan perilaku karyawan yang dapat sinyal masalah.
A.
Budaya Organisasi
Keseluruhan budaya perusahaan dampak bagaimana karyawan melakukan diri
dengan rekan kerja, pelanggan dan pemasok. Lebih dari sekedar lingkungan kerja,
budaya organisasi mencakup sikap manajemen terhadap karyawan, rencana
pertumbuhan perusahaan dan otonomi / pemberdayaan yang diberikan kepada
karyawan. "Nada di atas" sering digunakan untuk menggambarkan budaya
organisasi perusahaan. Nada positif dapat membantu karyawan menjadi lebih
produktif dan bahagia. Sebuah nada negatif dapat menyebabkan ketidakpuasan
karyawan, absen dan bahkan pencurian atau vandalisme.
B.
Ekonomi Lokal
Melihat seorang karyawan dari pekerjaannya dipengaruhi oleh keadaan
perekonomian setempat. Jika pekerjaan yang banyak dan ekonomi booming, karyawan
secara keseluruhan lebih bahagia dan perilaku mereka dan kinerja cermin itu. Di
sisi lain, saat-saat yang sulit dan pengangguran yang tinggi, karyawan dapat
menjadi takut dan cemas tentang memegang pekerjaan mereka.Kecemasan ini
mengarah pada kinerja yang lebih rendah dan penyimpangan dalam penilaian. Dalam
beberapa karyawan, bagaimanapun, rasa takut kehilangan pekerjaan dapat menjadi
faktor pendorong untuk melakukan yang lebih baik.
C.
Reputasi Perusahaan dalam Komunitas
Persepsi karyawan tentang bagaimana perusahaan mereka dilihat oleh
masyarakat lokal dapat mempengaruhi perilaku. Jika seorang karyawan menyadari
bahwa perusahaannya dianggap curang atau murah, tindakannya mungkin juga
seperti itu. Ini adalah kasus hidup sampai harapan. Namun, jika perusahaan
dipandang sebagai pilar masyarakat dengan banyak goodwill, karyawan lebih
cenderung untuk menunjukkan perilaku serupa karena pelanggan dan pemasok
berharap bahwa dari mereka.
D.
Persaingan di Industri
Tingkat daya saing dalam suatu industri dapat berdampak etika dari kedua
manajemen dan karyawan, terutama dalam situasi di mana kompensasi didasarkan
pada pendapatan. Dalam lingkungan yang sangat kompetitif, perilaku etis
terhadap pelanggan dan pemasok dapat menyelinap ke bawah sebagai karyawan
berebut untuk membawa lebih banyak pekerjaan. Dalam industri yang stabil di
mana menarik pelanggan baru tidak masalah, karyawan tidak termotivasi untuk
meletakkan etika internal mereka menyisihkan untuk mengejar uang.
Contoh Kasus Etika Bisnis di
pedesaan dalam Bidang Peternakan
Usaha peternakan ayam negeri atau broiler mempunyai prospek yang baik untuk
dikembangkan karena tingginya permintaan masyarakat akan daging. Usaha
peternakan ayam ini juga memberikan keuntungan yang tinggi dan bisa menjadi
sumber pendapatan bagi peternak ayam broiler tersebut. Akan tetapi, peternak
dalam menjalankan usahanya masih mengabaikan prinsip-prinsip etika bisnis.
Akhir-akhir ini usaha peternakan ayam dituding sebagai usaha yang ikut
mencemari lingkungan. banyaknya peternakan ayam yang berada di lingkungan
masyarakat dirasakan mulai mengganggu oleh warga terutama peternakan ayam yang
lokasinya dekat dengan pemukiman penduduk. Masyarakat banyak mengeluhkan dampak
buruk dari kegiatan usaha peternakan ayam karena masih banyak peternak yang
mengabaikan penanganan limbah dari usahanya. Limbah peternakan yang berupa
feses (kotoran ayam), dan sisa pakan serta air dari pembersihan ternak dan
kandang menimbulkan pencemaran lingkungan masyarakat di sekitar lokasi
peternakan tersebut. Selain itu timbulnya banyak lalat yang dikarenakan kurang
bersih dan dirawatnya kandang, masyarakat takut lalat tersebut nantinya membawa
penyakit. Dan satu lagi dari peternakan ayam negeri masyarakat mengkhawatirkan
virus flu burung Avian Infuenza (H5N1) yang pada saat tahun 2008 lagi sedang
gempar-gemparnya. Oleh karena itu, peternak ayam negeri atau broiler harus
memiliki etika bisnis yang baik bukan hanya mencari keuntungan semata namun
juga harus menciptakan lingkungan yang sehat di sekitar peternakan.
Dengan cara pengelolaan limbah yang baik misalkan dijadikan pupuk untuk
tanaman atau untuk pakan ikan lele, menjaga kebersihan lingkungan dengan
melakukan penyemprotan kandang disinfetan secara berkala agar tidak timbul
banyak lalat & penyakit.
Dari contoh kasus diatas, maka dapat ditarik kesimpulan, jika saja
peternakan tersebut menerapkan etika bisnis dengan baik, maka akan mendatangkan
manfaat dari penerapan etika bisnis :
1) Perusahaan
mendapatkan kepercayaan dari konsumen.
2) Perusahaan
yang jujur akan menciptakan konsumen yang loyal. Bahkan konsumen akan
merekomendasikan kepada orang lain untuk menggunakan produk tersebut.
3) Citra
perusahaan di mata konsumen baik.
4) Dengan citra
yang baik maka perusahaan akan lebih dikenal oleh masyarakat dan produknya pun
dapat mengalami peningkatan penjualan.
5) Karyawan
akan bekerja dengan giat apabila perusahaan tersebut memiliki citra yang baik
dimata perusahaan.
6) Keuntungan
perusahaan dapat di peroleh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar